Rabu, 18 November 2015

Lebih Bugar Dengan Kefir

Riswanto tak pernah menduga sebotol kefir 300 ml yang diberikan temannya 2 bulan silam membuatnya ketagihan. “Sebotol itu habis dalam 3 hari,” ujar ayah 2 putra yang menetap di Kota Semarang, Jawa Tengah itu. Riswanto merasakan efek positif setelah mengonsumsi kefir. “Tubuhnya terasa lebih segar meski beraktivitas seharian,” ujarnya.

Riswanto tidak sendiri. Nun di Bandung, Jawa Barat, Yani Moelyani juga merasakan efek serupa setelah rajin mengonsumsi kefir dari susu sapi. Pegawai swasta itu rutin meminum 3 sendok makan setiap pagi sebelum berangkat kerja. Menjelang tidur, ibu 2 anak itu kembali mengonsumsi sebanyak 2 sendok. Rutinitas selama setahun itu membuat daya tahan tubuh Yani lebih baik. “Saya hampir tidak pernah sakit batuk atau flu,” ujarnya. Penyakit sembelit yang kerap dialami Yani pun berangsur-angsur sirna.

Sejatinya kefir yang dikonsumsi Riswanto dan Yani berasal dari fermentasi susu. Susu sapi paling banyak dipakai sebagai bahan dasar kefir oleh produsen kefir dibandingkan susu kambing. Harap mafhum susu sapi lebih mudah diperoleh. Nah pembuatan kefir tidak jauh berbeda dengan yoghurt, memakai bakteri. Yang berbeda hanya jenis bakteri yang dipakai selama fermentasi dan citarasa.

Pada Yoghurt lazim digunakan 2 jenis bakteri yakni Lactobacillus bulgaris dan Streptococcus thermopillus. Untuk kefir menggunakan stater kefir yang mengandung lebih dari 10 bakteri. Soal citarasa, kefir memiliki rasa, warna, dan konsistensi mirip yoghurt, tetapi tekstur gumpalan susu lebih lembut, encer, dengan aroma khas mirip tapai, berbau alkohol.

Haryadi dan rekan dari Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh dalam Jurnal Medika Veterinaria Volume 7 pada 2013 mengungkapkan, kadar alkohol pada kefir yang memiliki kadar lemak 1,5% dan protein 3,5% itu mencapai 0,5-1%. Alkohol itu muncul lantaran kehadiran bakteri Saccharomyces kefir dan Torula kefir di dalam susu masam itu.

Menurut Yani rasa masam pada kefir membuat beberapa kerabatnya yang pernah diminta mencoba mengonsumsi sempat menolak. Rasa kefir yang masam terjadi karena penurunan pH sebagai akibat terbentuknya asam laktat dari metabolisme bakteri asam laktat. Jumlah populasi bakteri asam laktat menjadi indikator kualitas produk tersebut. Fuller R dalam History and Development of Probiotic pada 1992 menyebutkan jumlah bakteri asam laktat kefir yang ideal untuk dikonsumsi sebanyak 10 pangkat 7 hingga pangkat 9. Jumlah itu rata-rata sudah terpenuhi pada produk kefir lokal yang dikonsumsi Riswanto dan Yani Moelyani.

Sumber:
http://www.bebeja.com/lebih-bugar-dengan-kefir/ 

0 komentar:

Posting Komentar